Struktur dan Perkembangan Daun
MAKALAH
STRUKTUR DAN PEKEMBANGAN TUMBUHAN
Struktur dan Perkembangan Daun
DISUSUN OLEH
NAMA: DESI
ASNITA
NIM:A1C415038
DOSEN
PENGAMPU:
1.
Dr.
UPIK YELIANTI, M.S
2.
Dra.
Hj. MUSWITA, M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTAS
JAMBI
2016
Kata pengantar
Puji
syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
yang talah membukakan pintu fikiran dan membimbing penulis sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Makalah yang berjudul “Struktur dan Perkembangan Daun” ini merupakan penulisan yang ditujukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur dan Perkmbangan Tumbuhan yang diampu
oleh ibu Dra. Hj. MUSWITA, M.Si.
Kesempurnaan itu milik Allah SWT, tidak
ada yang bisa menjadi sesempurna Allah SWT. Demikian juga penulis, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis ikhlas menerima kritik dan saran yang kondusif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Terakhir penulis berharap semoga makalah ini dapat
berguna dan dapat menjadi motivasi untuk kedepan.
Jambi,
7 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
2
A.
Latar
belakang ................................................................................... 2
B.
Tujuan
penulisan ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A.
Histology
daun ................................................................................... 4
a. Epidermis......................................................................................
5
b. Mesofil .......................................................................................... 8
c. Jaringan pembuluh ..................................................................... 9
B. Daun angiospermae dan Gymnospermae ....................................... 11
C.
Perkembangan
Daun ........................................................................ 13
E.
Absisi
Daun ........................................................................................ 17
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19
A.
Kesimpulan
........................................................................................ 19
B.
Penutup
.............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Daun merupakan bagian tumbuhan yang
penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini
hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian yang lain
pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekkatnya daun
dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat diatas daun yang merupakan sudut
antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis
melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh karena
itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah
yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tumbuh-tumbuhan ini
mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada
batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan
akhirnya menjadi perang. (Gembong Tjitrosoepomo, 2009).
Daun merupakan salah satu organ
tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil)
dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui
fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan
hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi
kimia.
Bentuk daun sangat beragam, namun
biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun
digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat,
dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk
ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri
(misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ
fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan
fungsi menjadi organ penyimpan air.
B.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang
sebelumnya maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1.
Mengetahui
bentuk morfologi daun.
2.
Mengetahui
jaringan penyusun daun.
3.
Mengetahui
anatomi daun Gymnospermae dan angiospermae.
4.
Mengetahui
adaptasi daun pada tumbuhan xerofit dan hidrofit.
5.
Mengetahui
proses perkembangan daun.
6. Mengetahui proses absisi
(pengguguran daun).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Histologi
Daun
Baik dari
segi morfologi maupun anatomi, daun merupakan organ yang amat beragam. Daun
merupakan organ yang sangat beragam. Sruktur jaringan pembuluh dalam tangkai
dan tulang daun utama biasanya mirip dengan batang. Ciri paling penting dari
daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya ssegera terhenti. Pada beberrapa
tumbuhan paku, meristem tersebut yetap aktif selama waktu yang cukup lama
(Hidayat, 1995:195).
Secara
histologis daun tersusun atas tiga tipe system jaringan, yaitu : epidermis,
mesofil, dan jaringan pembuluh. Epidermis pada berbagai tumbuhan beragam dalam
lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, munculnya trikoma, susunannya dan
adanyasel yang khusus. Mesofil terjadi dari jaringan yang bersifat parenkim
dalam epidermis. Mesofil merupakan bagianutama helai daun karena mengandung
kloroplasdan ruang antarsel. Berkas pembuluh dalam dan biasanya disebut tulang
daun dan sistemnya adalah system tulang daun. Tampak adanya dua macam pola
yakni system tulang daun daun jala dan system tulang daun sejajar ( Fahn, 1991).
Gambar
anatomi daun
1.
Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar
daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah.Untuk mencegah penguapan yang
terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Epidermis daun
dari tumbuhan yang berbeda beragam dalam hal jumlah lapisan, bentuk, struktur,
susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma, serta adanya sel khusus.
Struktur dalamnya biasanya berbentuk pipih. Daun memiliki dua jenis jaringan
epidermis yaitu permukaan atas daun disebut permukaan adaksial dan permukaan
bawah disebut permukaan abaksial. Pada lapisan ini tidak ada ruang antar sel.
Di antara sel epidermis terdapat sel penjaga yang membentuk stomata. Struktur
stomata yang dapat membuka dan menutup ini berfungsi sebagai tempat terjadinya
pertukaran gas dan air. Sifat terpenting pada jaringan daun ini adalah susunan
selnya yang kompak dan adanya kutikula serta stomata.
Stomata adalah suatu celah pada
epidermis yang dibatasi oleh dua sel penutup yang berisi kloroplas dan
mempunyai bentuk serta fungsi yang berl;ainan dengan epidermis.
Fungsi stomata:
·
Sebagai
jalan masuknya CO2 dari udara pada proses fotosintesis
·
Sebagai
jalan penguapan (transpirasi)\
·
Sebagai
jalan pernafasan (respirasi)
Sel yang mengelilingi stomata atau
biasa disebut dengan sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang
menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih
tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi dengan
permukaan epidermis lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol atau
tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup mengandung
inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati. Dinding
sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin.
Berdasarkan hubungan ontogenetik
antara sel penjaga dan sel tetangga, stomata dapat dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu:
1.
Stomata
mesogen, yaitu sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama.
2.
Stomata
perigen, yaitu sel tetangga berkembang dari sel protoderm yang berdekatan
dengan sel induk stomata.
3.
Stomata
mesoperigen, yaitu sel-sel yang mengelilingi stomata asalnya berbeda, yang satu
atau beberapa sel tetangga dan sel penjaga asalnya sama, sedangkan yang lainnya
tidak demikian.
Pada tumbuhan dikotil, berdasarkan
susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup dibedakan menjadi empat
tipe stomata, yaitu:
a.
Anomositik,
sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya
dari sel epidermis lainnya. Umum pada Ranuculaceae, Cucurbitaceae, Mavaceae.
b.
Anisositik,
sel penutup diiringi 3 buah sel tetangga yang tidak sama besar. Misalnya pada
Cruciferae, Nicotiana, Solanum.
c.
Diasitik,
setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga yang tegak lurus terhadap sumbu
panjang sel penutup dan celah. Pada Caryophylaceae, Acanthaceae.
d.
Parasitik,
setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga/lebih dengan sumbu panjang sel
tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah. Pada Rubiaceae,
Magnoliaceae, Convolvulaceae, Mimosaceae.
Gambar 1. Tipe-tipe Stomata
Mesofil terdiri atas jaringan
parenkim yang terdapat di sebelah dalam epidermis. Mesofil mengalami
diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik yang berisi kloroplas. Pada
kebanyakan tumbuhan terdapat dua jenis parenkim dalam mesofil, yaitu parenkim
palisade dan parenkim spons.
a.
Parenkim Palisade
Sel parenkim palisade memanjang dan
pada penampang melintangnya tampak berbentuk batang yang tersusun dalam
deretan. Pada tumbuhan tertentu, sel palisade berbeda bentuknya. Pada Lilium
terdapat lobus besar pada sel palisade dan tampak bercabang.
Sel palisade terdapat di bawah
epidermis unilateral (selapis) atau multilateral (berlapis banyak). Seringkali
terdapat hipodermis di antara epidermis dan jaringan palisade. Sel parenkim
palisade tersusun atas satu atau lebih lapisan. Apabila tersusun lebih dari
satu lapisan, panjang sel pada tiap lapisan atau sama, atau malah semakin ke
tengah semakin pendek. Jaringan palisade biasanya terdapat pada permukaan
abaksial daun. Meskipun jaringan palisade tampak lebih rapat, sisi panjang
selnya saling terpisah sehingga udara dalam ruang antarsel tetap mencapai sisi
panjang; kloroplas pada sitoplasma melekat di tepi dinding sel itu. Hal
tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat berlangsung efesien.
Pada Thymelaea hirsuta, sel
parenkim palisade terdapat pada permukaan abaksial daun. Pada daun tumbuhan
xerofit, misalnya pada Atriplex portulacoides, parenkim palisade
terdapat pada kedua sisi daun. Daun yang mempunyai parenkim palisade pada kedua
sisi (abaksial dan adaksial) disebut isolateral atau isobilateral sedangkan
apabila jaringan palisade tersebut hanya pada bagian adaksial disebut dengan bifasial
atau dorsiventral.
b.
Parenkim Spons
Jaringan spons terdiri dari sel
bercabang yang tak teratur bentuknya. Bentuk sel parenkim spons dapat berbentuk
bermacam-macam. Kekhususannya adalah adanya lobus (rongga) yang terdapat antara
sel satu dan lainnya. Membedakan antara sel parenkim palisade dengan parenkim
spons tidaklah selalu mudah, khususnya apabila parenkim palisade terdiri atas
beberapa lapisan. Alasannya adalah apabila palisade terdiri atas beberapa
lapisan, biasanya lapisan paling dalam sangat mirip dengan parenkim spons yang
ada di dekatnya.
Pada tumbuhan tertentu, seperti pada
Zea dan banyak rumput-rumputan lainnya, bentuk sel mesofil lebih kurang
sama. Bahkan pada Eucalyptus dan Atriplex, sukar untuk membedakan
antara kedua tipe parenkim. Pada jaringan spons ini terdapat jarak atau ruang
antar sel. Ciri khas jaringan spons adalah adanya lekukan-lekukan yang menjadi
penghubung antar sel.
Pada daun dengan kedua macam
mesofil, kloroplas paling banyak terdapat dalam jaringan palisade. Tempat serta
susunan kloroplas pada sel tiang memungkinkan penggunaan cahaya secara
maksimum. Faktor lain yang meningkatkan efesiensi fotosintesis adalah sistem
ruang antarsel dalam mesofil yang luas, yang memudahkan pertukaran gas dengan
cepat. Susunan sel di dalam mesofil memungkinkan daerah permukaan sel yang
mendapat sinar dan langsung berhubungan dengan udara menjadi lebih luas.
Seluruh daerah permukaan ini disebut daerah permukaan dalam daun
dan daerah permukaan luar daun.
Menurut susunan mesofilnya ada beberapa
tipe daun (Nugroho, 1993:100) yaitu: dorsiventral, parenkim palisade dibagian
sisi atas saja, dan isolateral/ isobilateral/ unifasial, palisade parenkim
terdapat pada kedua sisi, sisi atas dan sisi bawah.
1)
Aanatomi Daun Dorsiventral
Daun dorsiventral memiliki permukaan
atas (adaxial) dan bawah (abaxial) yang berbeda. Epidermis atas terdiri dari
satu lapis sel, berbentuk persegi, dinding terluarnya ditutupi oleh kutikula,
dan tidak mengandung kloroplas. Beberapa stomata, jika ada, dapat ditemui pada
epidermis atas.
1)
Mesofil
Palisade.
Terletak
persis di bawah epidermis atas dan terdiri dari satu atau lebih lapisan yang
agak sempit, sel – sel berdinding tipis yang sangat berdekatan, sel – sel
persegi memanjang ke arah epidermis. Masing – masing sel terdiri dari banyak
kloroplas. Ada system yang telah terbentuk dari ruang antar sel melalui
jaringan ini.
2)
Mesofil
bunga karang (spongy mesophyll)
Terdiri
dari sel berdinding tipis, longgar, bentuk tidak teratur, dimana banyak ruang
antar sel. Kloroplas ada di sel – sel ini, tapi dalam jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan sel palisade.
Epidermis bawah, serupa dalam
struktur permukaan atas, tapi memiliki banyak stomata. Tiap pori stomata
terbuka ke arah ruang antar sel besar yang disebut ruang substomata atau
cavity. Sistem vascular, potongan ke arah daerah midrib menunjukkan bentuk
xylem seperti bulan sabit ke arah permukaan atas daun dan floem ke arah
permukaan bawah. Di atas dan di bawah benang vaskuler, di sebelah epidermis
atas dan bawah, jaringan mesofil digantikan oleh sel – sel kolenkim yang
meningkatkan kekuatan mekanis daun. Contoh Anatomi Daun Dorsiventral: Persea americana, Ficus elastica, dan
Mangifera indica.
2)
Anatomi Daun Isobilateral
Daun isobilateral sama di kedua
sisinya, meskipun masih ada permukaan abaxial dan adaxial, yang dapat dibedakan
dari penanpang melintang dengan melihat posisi xylem dan floem pada berkas
pengangkutnya. Daun tipe ini biasanya berorientasi sehingga cahaya masuk merata
pada kedua permukaan. Daun pada monokotil umumnya isobilateral. contoh Anatomi
Daun Isobilateral: Opuntia vulgaris
(Kaktus), Aloe vera (Sukulen), dan Sansevieria trifasciata. Daun
isobilateral (Unifacial) tidak dapat dibedakan antara jaringan palisade dan
jaringan spons. Contoh Anatomi Daun Isobilateral (Unifacial): Zea mays, Oryza sativa, dan Triticum
aestivum.
3.
Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh terletak pada
jaringan spons. Jaringan pembuluh pada daun merupakan kelanjutan dari jaringan
pembuluh pada batang. Ada dua jenis jaringan pembuluh yaitu
a. Pembuluh Kayu (xylem) yang berperan
untuk mengangkut air dan mineral yang diserap akar dari tanah menuju daun.
b. Pembuluh Tapis (floem) yang berperan
untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
Sistem jaringan pembuluh tersebar di
seluruh helai daun dan dengan demikian menunjukkan adanya hubungan ruang yang
erat dengan mesofil. Jaringan pembuluh membentuk sistem yang saling berkaitan,
dan terletak dalam bidang median, sejajar dengan permukaan daun. Berkas
pembuluh dalam daun biasanya disebut dengan tulang daun dan sistemnya adalah
sistem tulang daun. Terdapat dua macam pola yakni sistem tulang daun jala dan
sistem tulang daun sejajar. Sistem tulang daun jala merupakan sistem bercabang.
Pada sistem ini, tulang daun lebih halus, secara bertahap dibentuk sebagai
cabang dari tulang daun yang tebal.
Sedangkan istilah sejajar bagi
jalannya berkas pembuluh dalam sistem tulang daun sejajar hanyalah sebagai
pendekatan saja, oleh karena berdasar atas ujung dan pangkal daun semua berkas
itu akan bertemu di satu titik. Di antara berkas sejajar itu tampak cabang
halus yang berpola jala dan menghubungkan semua berkas sejajar itu. Pola jala
umumnya ditemukan pada daun dikotil dan pola sejajar pada daun monokotil.
Kemudian apabila pertulangan daunnya
menyirip, tulang daun terbesar melewati bagian tengah daun dan membentuk ibu
tulang daun, dan dari sini bercabang menjadi tulang daun yang lebih kecil.
Bagian helai daun yang dilalui ibu tulang daun atau cabang yang besar adalah
bagian yang lebih tebal dan menunjukkan gambaran seperti rusuk pada sisi
abaksial. Rusuk ini dibentuk oleh jaringan parenkim yang miskin kloroplas dan
jaringan penyokongnya kolenkim. Oleh karena itu, tulang daun yang besar tidak
mempunyai kontak langsung dengan mesofil. Sedangkan pada tulang daun yang kecil
biasanya membentuk jaring-jaring yang sangat beragam bentuk dan ukurannya,
serta membagi daerah mesofil.Daerah yang paling kecil yang dibatasi cabang
paling halus disebut aerola, yang biasanya berisi ujung tulang daun yang buntu
dalam mesofil.
Kebanyaan kasus yang ditemukan,
susunan jaringan pembuluh pada ibu tulang daun mirip dengan pada tangkai daun.
Tulang daun yang besar dalam daun dikotil mungkin terdiri atas jaringan
primer dan sekunder, sedangkan tulang daun yang paling kecil hanya terdiri atas
jaringan primer. Pada tulang daun yang besar biasanya berisi pembuluh,
sedangkan pada tulang daun yang kecil, sel parenkim kontak atau berhubungan
langsung dengan unsur pembuluh dan unsur trakea membentuk sel transfer.
B.
Daun Angiospermae dan Gymnospermae
1.
Angiospermae
Daun tumbuhan tersusun atas
epidermis yang berkutikula dan terdapat stomata atau trikoma. Sistem jaringan
dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan dikotil
sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga
karang, tidak demikian halnya pada monokotil. Sistem berkas pembuluh terdiri
atas xilem dan floem yang terdapat pada tulang daun. Contoh: Ficus elastica.
a.
Daun Monokotil
Daun monokotil memiliki variasi
bentuk dan struktur, dan beberapa strukturnya menyerupai daun dikotil. Daun
monokotil mempunyai tangkai dan helaian daun, seperti Canna, Zantedeschia, dan Hosta,
tetapi kebanyakan terdiferensiasi kedalam helaian daun dan bungkus daun,
dan helaian daun relative sempit, serta memiliki tulang daun yang sejajar.
Pada daun monokotil yang hidrofit,
menunjukkan struktur seperti dikotil, terutama dengan banyaknya ruang ruang
udara. Pada Butomaceae hamper 80% volume ditempati oleh ruang udara. Pada Lilium, pada bagian dorsiventral dijumpai
adanya jaringan tiang. Daun Musa
paradisiacal adalah tebal dan mempunyai beberapa lapisan jaringan tiang dan
daerah jaringan bunga karang yang lebar, dengan lacuna yang besar. Daun Carec mempunyai sklerenkim yang sangat
berkembang, serta ruang udara yang besar yang berisi sel besar yang berdinding
tipis (Nugroho,1993: 106).
Jenis
rumput-rumputan dan jenis monokotiledonae sangat sering mempunyai pola sejajar.
Stomata tersusun dalam deretan memanjang yang sejajar dengan sumbu daun. Sel penutup
pada stomata dapat berubah di tempat yang sama ketinggiannya, lebih tinggi atau
rendah dari epidermis. Istilah sejajar bagijalannya berkas pembuluh dalam
system tulang sejajar hanyalah cara pendekatan saja. Diantara berkas sejajar
itu tampak cabang halus yang berpola juga dan menghubungkan semua berkas
sejajar itu.
Daun
monokotil ada yang serupa dengan dikotil tapi kebanyakan berbeda karena daun-daunnya sering
tidak tangkai daun. Pada apeks pucuk, pada permulaan inisiasi muncullah
tonjolan setempat yang kemudian berbentuk sabit dan kemudian sebagai akibat
pertumbuhan marginaldan apical akhirnya akan mengelilinginya. Selagi primordium
muda itu tumbuh ke atas berbentukseperti tepi lancip.
b.
Daun Dikotil
Pada
dicotyledoneae umumnya daun mempunyai helaian daun yang lebar dengan dasar yang
kecil, dengan tangkai daun ataupun tidak. Pada daun yang demikian pembentukan
mengikuti beberapa stadia yaitu :
1. Pembentukan
penonjolan-penonjolan
2. Pembentukan
porosnya
3. Pembentukan
helaiandaun
Daun
dikotil merupakan daun yang memiliki berkas pembuluh yang kecil dan berukuran
sedang tertutup oleh suatu pelepah. Pelepah sel parenchyma disebut pelepah
beras pembuluh. Sel-sel pelepah itu terbentuk memanjang dan tersusun sejajar
denganurat daun. Mempunyai protoplasma hidup, tetapi kandungan kloroplstnya
lebih sedikit dari pada sel-sel mesofil. Pada beberapa spesies sama sekali
tidak ada.
Pada
daun dikotil, tulang daun yang lebih kecil terutama dalam mesofil, namun tulang
daun yang besar diselubungi jaringan dasar yang tidak terdeferensiasi sebagai
mesofil dan kandungan kloroplast hanya sedikit. Jaringan itu yang berasosiasi
dengan tulang daun yang lebih besar, muncul di atas permukaandaun dan membentuk
rusuk yangbiasanya berada disebelah asaksial dari helai daun (Hidayat, 1995).
2.
Gymnospermae
Pada tumbuhan gymnospermae memiliki
daun sempit, tebal dan kaku. Tulang daun tidak beraneka ragam. Tumbuhan biji
mempunyai jaringan pembuluh yang rumit. Jaringan ini merupakan saluran menghantar
untuk mengangkut air, mineral, makanan dan bahan – bahan lain. Tumbuhan
berbiji terbuka memiliki pigmen hijau (klorofil) yang penting untuk
fotosintesis yaitu suatu proses dasar pembuatan makanan pada tumbuhan.
Gymnospermae daunnya jarang yang berdaun lebar, jarang yang bersifat majemuk,
dan system pertulangan daunnya tidak banyak ragamnya. Hal ini sangat berbeda
dengan karakteristik daun yang terdapat pada angiospermae yang sistem
pertulangannya beraneka ragam. Contoh :Pynus
merkusii.
Secara
umum perkembangan daun dimulai dari tahap permulaan (inisiasi), diferensiasi
awal, perkembangan aksis daun, asal-usul helai daun, dan histogenesis jaringan
helai daun.
1. Tahap
permulaan (Inisiasi)
Inisiasi
daun dimulai dengan pembelahan periklin dalam kelompok sel kecil sel pada sisi
pucuk. Jumlah lapisan sel yang mulai membelah dan posisinya pada pucuk beragam
pada tumbuhan yang berbeda. Primordia daun berasal dari lapisan dari lapisan
paling luar pucuk batang. Pada semua tumbuhan Dikotil,pembelahan periklin yang
pertama tidak terjadi pada sel lapisan permukaan, tetapi pada sel yang terletak
satu ata dua lapisan dibawahnya. Lapisanpermukaan diperluas dengan adanya
pembelahan antiklin beberapa kali.
Kasus
yang paling sering terjadi, inisiasi dari primordia daun dimulai pada lapisan
sel di bawah lapisan permukaan. Dalam hal ini lapisan sel tunika dan lapisan
sel tetangganya dari korpus ikut serta dalam inisisiasi primordium yang
berbeda.
2.
Diferensiasi Awal
Sebagai
hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari pucuk batang
sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papila kecil atau tonjolan. Penyokong
daun terdiri atas lapisan protoderm dan untaian prokambium, yang tumbuh secara
akropetal dan tidak seberapa jauh darikambium batang.
3.
Perkembangan Aksis Daun
Pada
kebanyakan daun Dikotil dan Gymnospermae, perkembangan aksis daun mendahului
helai daun. Hasil perkembangan cepat dari primordia menjadi bentuk seperti
kerucut yang runcing dengan sisi adaksialpipih (rata). Ujung kerucut ini
merupakan sebagai meristem apikal. Pada tumbuhan tertentu, dari tahpa awal
perkembangan ketika primordium masih berukuran 1 mm, peningkatan atau
perkembangan lebih lanjut akan terjadi karena pembelahan dan pemanjangan sel
yang berjarak dari ujung primordium. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan
interkalar.
4.
Asal usul Helai Daun
Selama
pemanjangan awal dan penebalan aksis daun muda, sel bagian tepi adaksial terus
membelah dengan cepat. Inisial pinggiran adalah sel lapisan paling luar pada tepi
helai daun muda. Pada Angiospermae, biasanya inisial ini akan membelah hanya ke
arah antiklin dan penambahan sel baru terjadi ke arah protoderm abaksial dan
adaksial. Pada daun majemuk menjari dan menyirip, helai daun lateral berkembang
dari meristem pinggiran adaksial dan aksis daun muda sebagai dua deretan
papila. Pada tumbuhan lain, perkembangan helai daun ada yang terjadi secara
akropetal ataupun bisepetal.
5.
Histogenesis Jaringan Helai Daun
Pertumbuhan
pinggiran berlangsung terus-menerus lebih panjang dari pertumbuhan apikal,
tetapi berhenti relatif awal. Setelah pertumbuhan pinggiran
berhenti,pertumbuhan lebih lanjut darihelai daun dilakukan oleh pembelahan sel
helai daun. Pembelahan secara antiklin membentuk lempeng meristem. Aktivitas
lempeng meristem menghasilkan peningkatan daerah permukaan, tetapi tidak
terjadi penebalan organ. Pada helai daun, sel meristem berlapis sehingga
relatif mudah untuk melacak asal-usul epidermis, jaringan palisade dan spons,
serta berkas pengangkut.
Pertumbuhan
daun ini dikendalikan oleh faktor genetis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan luar dan dalam. Faktor luar yang memengaruhi daun antara lain
seperti pasokanair,nutrisi,panjang hari, dan intensitas sinar.
a.
Daun Xeromorf
Xeromofit adalah tumbuhan yang hidup
di daerah yang sangat kering seperti di gurun yang membuat transpirasinya dapat
turun sampai minimum di bawah kondisi kekurangan air. Maka dari itu untuk tetap
bertahan hidup di daerah yang kering seperti itu, struktur atau anatomi daun
tumbuhan tersebut pun beradaptasi menjadi lebih khas. Daun xeromorf berukuran
kecil. Pengurangan permukaan luar daun dibarengi dengan perubahan struktur
dalamnya,misalnya pengurangan ukuran sel tetapi terjadi peningkatan ketebalan
dinding sel. Perkembangan jaringan sel palisade pun meningkat. Daun xeromorf
pada umumnya tertutupi oleh trikoma. Jaringan penyimpan air pada daun pun juga
berkembang.
Tumbuhan dengan daun yang kecil yang
biasanya mempunyai habitat yang kering. Pengukuran ukuran daun sering kali
diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan. Daun xeromorf
biasanya mempunyai trikoma. Di balik trikoma inilah stomatanya berada. Trikoma
ini selain berfungsi sebagai pelindung atau mengurangi dari gangguan predator
juga berfungsi dalam mengurangi penguapan.
Faktor lingkungan memengaruhi
pembentukan kutikula. Pada beberapa tumbuhan gurun, stomata menjadi tertutup
secara tetap selama musim panas. Penutupan ini diakibatkan karena sel penutup
stomata oleh massa yang mengandung resin atau oleh lapisan lilin. Seperti pada Rumex
acetosella resin serta lapisan lilin yang terbentuk dalam epidermis dan sel
di sekeliling tulang daun pada kondisi musim panas.
Air dalam daun diangkut oleh tulang
daun, sel mesofil, dan jaringan palisade daripada jaringan spons. Selain
itu juga, jaringan penyimpan air penyimpan air berkembang baik pada daun.
Jaringan penyimpan air pada tumbuhan xerofit terdiri atas sel besar dengan
vakuola besar berisi cairan sel yang mengandung lendir. Sel ini mempunyai
sitoplasma tipis yang menempel pada dinding sel dan kloroplasnya tersebar.
Tekanan osmosis pada sel fotosintesis lebih tinggi daripada sel yang
bukan untuk fotosintesis. Apabila air berkurang, maka tumbuhan xerofit mendapat
air dari jaringan penyimpan air ini. Sel penyimpan air yang berdinding tipis.
Dalam kondisi kering, sel mengerut. Apabila pasokan air kembali normal, dengan
cepat sel akan kembali ke bentuk semula. Contoh dari xeromorf (Atriplex
portulacoides).
Gambar 3 : Atriplex portulacoides
b.
Hidrofit
Struktur anatomi tumbuhan hidrofit
kurang beragam dibandingkan dengan tumbuhan xerofit. Faktor yang mempengaruhi
struktur tumbuhan air atau hidrofit ini biasanya bergantung pada suhu,
air,konsentrasi dan komposisi garam dalam air. Tumbuhan air mempunyai sedikit
jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan pembuluh sedikit, xilem
mengecil, dan mempunyai ruang udara.
Epidermis tumbuhan air tidak
berfungsi untuk perlindungan, tetapi lebih untuk pengeluaran zat makanan,
senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding selnya sangat tipis. Sel
epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung mempunyai stomata hanya pada
permukaan atas daun saja. Beberapa tumbuhan air memiliki sekelompok sel yang
disebut dengan hydropotes, yang berfungsi untuk memudahkan pengangkutan
air dan garam ke luar dan ke dalam tumbuhan. Contoh tumbuhan Hidrofit (Ranunculus
aquatilis) dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4 : Ranunculus aquatilis
E. Pengguguran
Daun (Absisi)
Penguguran daun merupakan fenomoena yang dialami
oleh setiap tumbuhan. Pengguguran daun atau yang juga absisi terjadi dalam
rangka perubahan keadaan pada pangkal tangkai dan helaian daun. Pengguguran
daun juga dilakukan dengan tujuan menyediakan tempat bagi daun – daun baru yang
akan tumbuh pada musim selanjutnya. Proses ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantarany faktor air, nutrisi, serta hormon pada tumbuhan. Gugurnya daun tidak
hanya dialami oleh daun tua, namun juga daun – daun yang masih muda.
Pada tumbuhan gymnospermae dan dicotyledonae,
gugurnya daun diawali dengan terbentuknya zona absisi (daerah pengguguran) pada
pangkal tangkai atau helaian daun. Pada zona ini terdapat berkas – berkas
pengangkut yang berukuran lebih kecil daripada berkas pengangkut yang ada pada
organ tumbuhan lainnya, kemudian tidak ada jaringan penguat seperti kolenkim
dan skelerenkim di zona ini. Selain terdapat berkas pengangkut. di zona ini
pula terdapat sel – sel parenkim yang berdinding tipis, pipih, mengandung
tepung, dan sitoplasma yang kental. Parenkim – parenkim tersebut terbentuk dari
pembelahan antiklinal melewati tangkai daun. Ketika daun akan gugur, lamela
tengah diantara beberapa sel tertentu di daerah distal zona absisi akan
terurai. Terurainya bagian dinding sel ini, menyebabkan keadaan yang tidak
seimbang antara daerah proksimal zona absisi yang semakin membesar dengan
daerah distal zona absisi yang terus mengalami penuaan, dan akhirnya terjadilah
pematahan pada pangkal tangkai daun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara anatomi jaringan penyusun
daun terdiri atas jaringan epidermis, jaringan dasar, dan jaringan pengangkut.
2. Pada tumbuhan Dicotyledoneae, dapat
dibedakan antara jaringan palisade dengan jaringan bunga pagar. Sedangkan, pada
tumbuhan Monocotyledoneae, tidak dapat dibedakan antara jaringan palisade
dengan jaringan bunga pagar, yang terlihat hanya jaringan parenkim.
3. Adaptasi daun tumbuhan xerofit
adalah dengan tipe stomata tersembunyi (kriptopor), tipe daun isobilateral, sel
epidermis yang tebal, dan adanya trikoma.Adapatasi daun tumbuhan hidrofit
adalah dengan tipe stomata fanerofor ( stomata menonjol keluar) , memiliki
ruang udara yang besar, dan epidermis tanpa penebalan kutikukula.
4. Primordial daun pada tumbuhan
dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks
pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil primordial daun terbentuk dan
berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk.
5. Pengguguran daun atau yang juga absisi terjadi dalam
rangka perubahan keadaan pada pangkal tangkai dan helaian daun. Pengguguran
daun juga dilakukan dengan tujuan menyediakan tempat bagi daun – daun baru yang
akan tumbuh pada musim selanjutnya. Proses ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantarany faktor air, nutrisi, serta hormon pada tumbuhan.
B.
Saran
Dalam mempelajari anatomi tumbuhan,
diperlukannya pengetahuan yang cukup baik mengenai berbagai jenis tumbuhan dan
morfologinya, untuk mempermudah mempelajari struktur anatominya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengantar
Anatomi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia
Grander, Pearce dan R.L. Mithell.
1991. Anatomi Tanaman Budidaya. Jakarta
: Universitas Indonesia
Fahn,
A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung :
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Nugroho,
L.H., Purnomo & I. Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Videoslots on YouTube: The Best Payout Casinos For - Videoodl.cc
BalasHapusThe Best Payout Casinos For 2020 · Lucky หารายได้เสริม Tiger Casino · Best Bets 인카지노 Casino · Ruby Fortune Casino · Best Casino videodl Free Spins Casino · Jackpot City Casino · Royal Panda Casino · Slots
Online casino site with the best software
BalasHapusThis software is safe & secure. Play online casino games for real money with no downloads, no annoying spam or pop-ups. Play online casino games Top casino luckyclub.live sites · UK Online Casino Sites · Online Casinos
Blackjack - Dr.MCD
BalasHapusBlackjack is 충주 출장안마 a favorite game 김포 출장샵 in casino games. the player is dealt a card (and 광주광역 출장샵 they can't see the number) with a hand. The dealer adds a 안산 출장샵 card 전주 출장마사지 (and the dealer gets